Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Industri (Sumber Daya Manusia)

by

Halo! Selamat datang kembali di tandahubung. Kali ini kita akan membahas salah satu hal menarik lain yang masih berkaitan dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi dan dampaknya pada dunia yang kita tinggali ini. Apa itu? Secara garis besar, pembahasan kita kali ini berkaitan dengan sumber daya manusia di era informasi sekarang atau bagaimana teknologi telah mengubah cara orang bekerja. Lebih, spesifiknya disini kita akan mengambil contoh dari dunia seni.

William Deresiewicz, seorang jurnalis the Atlantic, menulis sebuah artikel yang sangat menarik dengan judul “The Death of the Artist—and the Birth of the Creative Entrepreneur”. Wah, apatuh maksudnya? Jika kalian tertarik, artikel tersebut bisa dibaca di sini:
Deresiewicz, sang penulis menyampaikan bahwa definisi atau ide-ide yang diasosiasikan dengan kata artist atau seniman telah berubah seiring waktu, apalagi dengan adanya internet sekarang. Dalam artikelnya ia menyatakan: “A new paradigm is emerging, and has been since about the turn of the millennium, one that’s in the process of reshaping what artists are: how they work, train, trade, collaborate, think of themselves and are thought of—even what art is—just as the solitary-genius model did two centuries ago.”


Di awal kemunculannya, seniman adalah mereka yang cenderung bekerja dalam kesendirian, mereka dianggap sebagai sosok solitary genius, mereka memiliki patron, dan memiliki begitu banyak keahlian atau expertise untuk mencipta. Dahulu, siapa yang dianggap sebagai seorang artist atau seniman adalah seseorang yang bisa dibilang jenius yang kreatif. Artikel tersebut melanjutkan untuk membawa pembaca perjalanan para seniman menurun dari kesendirian dan memiliki pelanggan. Ini berbicara tentang bagaimana seni dilembagakan setelah Perang Dunia II. Amerika sebagai negara adidaya baru ingin menjadi pusat kebudayaan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan membangun gedung opera, universitas seni, dan sebagainya. Pada masa tersebut, penekanan pada seni beralih ke tekniknya, sepertinya seseroang yang ingin dikenal sebagai seniman perlu mengikuti program pendidikan tinggi.

Dan sekarang, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Dereisiewicz berpendapat bahwa kita sekarang memasuki era baru seniman. Ia berpendapat bahwa kini apa yang dianggap sebagai seniman itu tidak dalam arti sebenarnya dari kata tersebut, namun harus dianggap sebagai  seorang "creative entrepreneur". Deresiewicz juga berpendapat bahwa jatuhnya institusi-institusi mapan seperti universitas dan bangkitnya internet juga media sosial mengantarkan era baru bagi para pencipta atau para creator. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa karena penjualan seni kini menjadi lebih demokratis, kualitas karya yang dihasilkan dan diterima oleh masyarakat pasti akan jatuh. Banyak seniman, menurutnya, tidak akan lagi memiliki waktu untuk mengasah keahlian mereka, tapi justru mereka akan sibuk membangun jaringan followers mereka dan lebih mengejar uang. Buat kalian yang males baca mungkin bisa nonton video TED Talk yang kira-kira menyampaikan hal yang sama di sini:




Beralih dari artikel tersebut, sekarang terkesan juga bahwa kelahiran internet sepertinya siapa saja bisa dianggap seorang artist atau setidaknya seorang selebriti. Contohnya saja, seseorang yang menyanyikan kembali lagu musisi terkenal saja bisa disebut sebagai seorang cover artist. Padahal kalau dipikir-pikir memang apa yang mereka ciptakan? Tapi, berkat platform-platform media sosial seperti YouTube, Soundcloud, dan sebagainya mereka bisa menggapai ketenaran sebagai sebagai seorang “artist” dan mendapatkan penghasilan dari hal tersebut. Sekarang banyak sekali orang-orang yang menjadikan social media prominence mereka menjadi suatu bisnis atau sebuah profesi, contohnya ya, pengguna sosial media aktif di sini siapa sih yang gak kenal awkarin? Tapi kayaknya bosen kalo ngomongin dia lagi. Kalo gitu kita ambil contoh dari Amerika aja ya. Untuk meringankan suasana nih, kenal gak sama dia?




Dia adalah Danielle Bregoli, kehadirannya meledak di setelah penampilannya di Dr. Phil menjadi viral di media sosial. Di televisi nasional, ia mengucapkan kata-kata Cash Me Ousside How Bow Dah”. Didukung dengan kepribadiannya yang memang bisa dibilang menarik, Danielle Bregoli yang baru berusia 13 tahun bisa menjadi seorang ikon post-millenial di sosial media. Video asli penampilannya di Dr. Phil telah dilihat lebih dari 27 juta kali di YouTube. Menariknya, ia telah menjadikan social media prominence-nya ini menjadi bisnis.

Menurut Celebrity Net Worth, Danielle tengah melakukan product placement di Instagramnya untuk merek Fit Tea and Postmates. Menurut sumber tersebut juga, selebriti dengan pengikut sebanyak Danielle tampaknya bisa menghasilkan sebanyak £ 40.000 hanya dengan satu pos. Ditambah dengan biaya meet and greet  sebesar £ 30.000 dan kemungkinannya memiliki reality show sendiri, sumber tersebut memperkirakan Danielle sudah memiliki net worth lebih dari £ 150.000. Menarik sekali bukan? Apakah kalian tertarik menjadi terkenal lewat internet juga? Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di post berikutnya!


Referensi:


Danielle Bregoli Net Worth. (n.d.). Retrieved from http://www.celebritynetworth.com/richest-celebrities/models/danielle-bregoli-net-worth/

Deresiewicz, W. (2015). The Death of the Artist—and the Birth of the Creative Entrepreneur. Retrieved from https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2015/01/the-death-of-the-artist-and-the-birth-of-the-creative-entrepreneur/383497/

Horejs, J. (2016). Read This! The Death of the Artist – and the Birth of the Creative Entrepreneur | From the Atlantic. Retrieved from http://reddotblog.com/read-this-the-death-of-the-artist-and-the-birth-of-the-creative-entrepreneur-from-the-atlantic-2/