Media Convergence
by Unknown
Kalian pasti pernah menggunakan apa yang dinamakan telepon,
radio, televisi, dan komputer. Kalian juga tentunya ingat bagaimana dulu setiap
alat-alat tadi sebenarnya dirancang untuk melakukan tugas-tugas sendiri yang
spesifik. Telepon dibuat dengan tujuan untuk membuat dan menerima panggilan,
radio untuk mendengarkan musik atau berita, televisi adalah untuk menonton
acara-acara TV atau kadang film, dan kalau kita ingin mencari informasi
mengenai sesuatu di internet, kita menggunakan komputer. Sekarang, dengan
hadirnya teknologi seperti smartphone
semua fungsi tersebut bisa didapatkan melalui satu alat saja. Itu adalah salah
satu contoh dari apa yang dinamakan konvergensi, yang tadinya terpisah-pisah
memusat menjadi satu.
Nah, kalau kalian sudah mengerti, yang dibicarakan di
atas adalah konvergensi dalam konteks teknologi. Jadi sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan konvergensi media? Jenkins (2006), penulis dari sebuah buku
berjudul Convergence Culture, mendefinisikan
konvergensi sendiri sebagai aliran konten di beberapa platform media. Menurutnya,
konvergensi media adalah proses berkelanjutan yang seharusnya tidak dilihat
sebagai perpindahan dari media lama ke baru, melainkan sebagai interaksi antara
bentuk media yang berbeda dan platform. Jadi, dapat dikatakan bahwa konvergensi
media dapat dilihat sebagai kerjasama dan kolaborasi antara bentuk dan platform
media yang sebelumnya tidak terhubung.
Kemudian, bagaimanakah konvergensi
media mempengaruhi kita dan industri media itu sendiri? Secara sadar maupun tidak sadar, konvergensi media sebenarnya telah memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana konten media diproduksi dan
dikonsumsi. Konvergensi media telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari,
salah satu contohnya terlihat dari bagaimana berita semakin mudah untuk bisa
diakses. Berbeda dengan dulu, untuk mengetahui peristiwa apa yang terjadi hari
ini saja sudah tidak perlu lagi kita menyalakan televisi atau membeli dan
mebaca koran atau majalahnya. Kini kita dapat mendapatkan informasi tersebut
melalui situs-situs web berita dan mendapatkan informasi yang kita inginkan
secara real time.
Pengaruh
lain dari konvergensi media adalah semakin kaburnya batasan antara
bentuk-bentuk media tradisional dan media baru. Rasanya belum terlalu lama sejak
kita dapat melihat perbedaan yang jelas antara media cetak, TV, dan internet.
Media-media tersebut dulu sepertinya sifatnya sangat terpisah satu sama lain.
Tapi sekarang kita bisa melihat outlet-outlet
media koran dan TV pun justru memiliki website
yang mampu menyampaikan berita lengkap dengan video juga feed secara khusus diformat untuk smartphone.
Contohnya
bisa kita lihat dari salah satu produsen koran terbesar di Indonesia yakni
Kompas Gramedia. Konvergensi media bisa dikatakan merupakan alasan yang telah
mendorong Kompas untuk membuat media-media baru sebagai jawaban dari tantangan yang
hadir akibat berubahnya struktur industri media. Yang tadinya hanya bergerak
pada produksi koran, kini kompas mempunyai stasiun TV, website, dan suatu media berbasis internet yang bergerak pada
produksi konten berupa gabungan antara blog dan citizen journalism juga jurnalisme konvensional yaitu kompasiana (www.kompasiana.com). Kompasiana itu sendiri
juga dapat dikatakan mempertemukan media cetak, internet, berita TV dan radio,
juga komentar online dan media sosial termasuk blog dan mikroblog serta situs
media sosial lainnya. Tidak hanya kompas, Tempo Inti Media juga melakukan hal
yang serupa. Pada awalnya Tempo Inti Media ditemukan dan dikenal sebagai
perusahaan yang bergerak di media cetak dengan majalah Tempo. Namun pada tahun
2006 Tempo Group menciptakan koran harian Tempo. Tidak hanya itu, sekarang
Tempo Group juga mengoperasikan TempoTV, Tempo Interaktiv (online) dan Tempo Citizen
Journalism yang bisa diakses melalui aplikasi smartphone (Tapsell, 2015).
Selain antara media tradisional dan media baru, batasan
antara posisi produsen dan konsumen juga memudar. Alasannya tentu saja karena
hadirnya internet. Sekarang orang-orang non-profesional sekalipun dapat
berperan sebagai produsen konten media. Hal tersebut juga sebenarnya
menimbulkan masalah baru, yakni masalah akurasi informasi karena mudahnya bagi
seseorang untuk menyebarkan informasi. Disinilah muncul pentingnya media literacy, di tengah khalayak yang
telah menjadikan “Google aja!” respon standar untuk pertanyaan yang belum
terjawab dalam hidup.
Begitulah kira-kira penjelasan singkat mengenai konvergensi media, semoga bermanfaat!
- Shahnaz Aulia
Referensi:
Jenkins, H. (2006). Convergence Culture: Where Old and New Media
Collide. New York: New York University Press.
Tapsell, R. (2015). Platform convergence in Indonesia: Challenges and
opportunities for media freedom. Convergence: The International Journal of
Research into New Media Technologies .The Australian National University.
Retrieved from SAGE Journals.
Essays, UK. (2013). The Term Media Convergence Media Essay. Diambil dari https://www.ukessays.com/essays/media/the-term-media-convergence-media-essay.php?cref=1